SELAMAT DATANG TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

Sabtu, 31 Desember 2011

pendekatan dalam mengajar


2.1.       Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkanya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didiknya dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara dua guru dengan anak didik.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalanya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkanya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.

2.1.1.           Pendekatan Individual
Masing-masing anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainya. Perbedaan individual anak tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya.
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar, dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya, untuk mengatasi anak didik yang suka bicara. Caranya dengan memisahkan/memindahkan salah satu anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.

2.1.2.           Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada pada diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik-baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak disadari, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang yang ikut mempengaruhi penggunanya.
Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan ank didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1.    perasaan diterima atau disukai teman-teman
2.    tarikan kelompok
3.    teknik pengelompokan oleh guru
4.    partisipasi/ keterlibatan dalam kelompok
5.    penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam
6.    struktur dan sifat-sifat kelompok. Sedang sifat-sifat kelompokitu adalah:
a.     suatu multi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu
b.    suatu sistem interaksi
c.     suatu organisasi atau struktur
d.    merupakan suatu motif tertentudan tujuan bersama.
e.     Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu
f.     Pola perilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian.

2.1.3.           Pendekatan Bervariasi
Ketika  guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lainanak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, satu atau dua orang anak tidak belajar. Mereka duduk dan berbicara satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas   Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkanya kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalanya pelajaran kurang menjadi efektif. Efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu, disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi. Metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru bisa saja membagi anak didik kedalam beberapa kelompok belajar. Tetapi dalam hal ini, terkadang diperlukan juga pendapat dan kemamuan anak didik. Bagaimana keinginan mereka masing-masing. Boleh jadi dalam satu pertemuan ada anak didik yang suka belajar dalam kelompok, tetapi ada juga anak didik yang senang belajar sendiri. Bila hal ini terjadi, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu, belajar dalam kelompok dan belajar sendiri, terlepas dari kelompok, tetapi masih dalam pengawasan dan bimbingan guru.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahanya dan menghendaki pendekatan yang berbeda beda pula. Demikian halnya terhadap anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah didekati dengan pendekatan bervariasi.

2.1.4.           Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karna motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti, dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan dikelas ketika guru sedang  memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badanya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila, menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian ank didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris didepan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris sesuai dengan kelompok jenisnya. Demikian juga semua anak-anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya. Jadi, barisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu masuk. Disisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak berbaris didepan pintu masuk kelas. Semua anak dipersilakan masuk oleh ketua kelas, mereka satu persatu menyalami guru dan mencium tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya, semua anak masuk dan pelajaran dimulai.

2.1.5.           Pendekatan Pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik, dari pada sekedar bicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali. Belajar adalah kenyataan yang ditunjukan dengan kegiatan fisik. Karena itu, the proses of learning is doing, reacting, undergoing, experiencing. The products of learning are all achieved by the learner through his own activity.(H.C. Witherington dan W.H. burton, 1986:57)
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang bersifat tidak mendidik. Satu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak ke arah tujuan pendidikan, akan tetapi menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya” mendidik anak menjadi pencopet” karena itu, ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak.


BAB III
KESIMPULAN

   Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.


DAFTAR PUSTAKA


Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar