BAB II
PEMBAHASAN
1.1. BUNYI
a. Gelombang Bunyi
Definisi yang paling umum dari bunyi (sound) adalah bahwa bunyi merupakan sebuah gelombang longitudinal yang menjalar dalam suatu medium. Bunyi dapat berjalan merambat melalui gas, cairan atau benda padat.
Gelombang bunyi paling sederhana adalah gelombang sinusoidal yang mempunyai frekuensi, amplitudo dan panjang gelombang tertentu. Telinga manusia peka terhadap gelombang dalam jangkauan frekuensi dari sekitar 20 sampai 20.000 Hz, gelombang tersebut dinamakan jangkauan dengar manusia (audible range), tetapi juga dikenal istilah bunyi untuk gelombang serupa dengan frekuensi di atas pendengaran manusia atau di atas 20.000 Hz dengan nama ultrasonic. Adapun gelombang bunyi dibawah jangkauan manusia atau dibawah 20 Hz dengan nama infrasonik.[1]
Gelombang bunyi biasanya menjalar menyebar ke semua arah dari sumber bunyi dengan amplitudo yang bergantung pada arah dan jarak dari sumber itu. Gelombang bunyi menjalar seperti gelombang menjalar lainnya, memindahkan energi dari satu daerah ruang ke daerah lainnya.
Gelombang ultrasonik didefinisikan sebagai gelombang bunyi yang memiliki frekuensi diatas batas pendengaran manusia, atau lebih dari 20.000 Hz. Ultrasonik merambat dalam bentuk gelombang, sama dengan merambatnya cahaya, tapi tidak seperti gelombang cahaya yang dapat merambat dalam ruang hampa udara (vacuum), gelombang ultrasonik memerlukan medium untuk merambat seperti pada medium udara, cair dan padat.
Energi gelombang suara berkurang sepanjang perambatannya dari sumbernya. Karena gelombang suara menyebar keluar dalam bidang yang lebar, energinya tersebar kedalam area yang luas. Fenomena tersebut dikenal sebagai atenuasi.
Kecepatan bunyi melalui beberapa medium dapat dilihat pada tabel dibawah ini
kecepatan bunyi bergantung kepada kerapatan dan kompressibilitas medium. Material dengan molekul berat, kecepatan bunyinya cendrung lebih lambat dibandingkan molekul ringan dan material yang sangat kompressibel seperti gas, dengan jarak simpangan molekul yang panjang akan merambatkan gelombang menjadi lebih lambat.
b. Pemantulan Gelombang Bunyi
Pemantulan gelombang bunyi memenuhi hukum pemantulan yang menyatakan sebagai berikut :
1. Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang datar
2. Sudut bunyi datang sama dengan sudut bunyi pantul
Pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita temui, satu contoh ketika kita berada dikamar mandi, suara terdengar lebih keras dan enak didengar dari pada kita bernyanyi diruang yang luas dan terbuka. Suara music diruang tertutup terdengar lebih keras dari pada suara music diruangan terbuka, mengapa demikian ?
Pada ruangan kecil, bunyi yang datang pada dinding dengan bunyi yang dipantulkan sampai ketelinga kita hampir bersamaan sehingga bunyi bunyi pantul akan memperkuat bunyi aslinya, sehingga menyebabkan suara kita terdengar lebih keras.
Kita mungkin pernah mengalami ketika berteriak, suara pantulnya berbeda sedikit dengan suara aslinya, peristiwa ini disebut kerdam atau gaum. Jadi kerdam atau gaung itu adalah bunyi pantul yang hanya terdengar sebagian bersamaan dengan bunyi asli. Jika dinding pantul sangat berjauhan, bunyi pantul akan terdengar beberapa saat setelah bunyi asli, kejadian ini disebut dengan Gema.
1.2. CAHAYA
Cahaya digolongkan sebagai suatu bentuk radiasi. Radiasi adalah sesuatu yang memancar keluar dari suatu sumber tetapi bukan merupakan zat. Cahaya dapat dilihat mata manusia. Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang getarannya adalah medan listrik dan medan magnetic. Getaran ini tegak lurus terhadap arah perambatan cahaya, sehingga cahaya termasuk gelombang transversal.[2]
Sejak berabad-abad yang lalu banyak ahli yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton dan Maxwell. Teori Newton tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya sedangkan teori Maxwell terkenal dengan gelombang elektromagnetik. Fisikawan lain yang juga tertarik akan cahaya adalah Huygens, Thomas Young, dan Fresnell. Tokoh-tokoh fisika ini cukup banyak memberikan sumbangan terhadap perkembangan teori tentang cahaya. Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata manusia. Karena itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang hampa.
Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Contoh cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.
a. Sifat-Sifat Cahaya
Cahaya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Merambat tegak lurus
2. Mengalami pemantulan
Pemantulan cahaya terjadi dikarenakan cahaya tidak bisa melewati suatu benda, artinya sebab dari suatu benda itu dapat dilihat oleh mata karena cahaya yang menuju suatu benda tersebut sebagian atau seluruhnya dipantulkan kemata kita.
Pemantulan cahaya ada dua macam yaitu :
· Pemantulan teratur
Yaitu sinar menghasilkan berkas yang sejajar menuju suatu arah tertentu. Misalnya pantulan yang dihasilkan oleh bidang datar dan licin seperti cermin datar
· Pemantulan baur
Pemantulan Difuse ( pemantulan cahaya baur) yaitu pemantulan cahaya kesegala arah, misalnya sinar yang dipantulkan dengan triplek.
3. Mengalami pembiasan
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.[3]
4. Mengalami penguraian/Dispersi
Peristiwa terjadinya pelangi merupakan gejala dispersi cahaya. Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik).
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang.
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan menjadi komponen komponennya Untuk cahaya ultraviolett adalah prisma dari kristal untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca untuk cahaya infrarot adalah prisma dari garam batu.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar[4]
[1] Saiful karim. Membuka Cakrawala Alam semesta. Jakarta. PT Widya pustaka, 2008. Hal 274
[2] http://t1.gstatic.com/images?q=tbn: lBs15jAgnlkM:http://www.edusarana.com/images/alat%2520peraga/6.jpg
[3] http://com19.indonesianforum.net/sains-dan-teknologi-f22/iptek-warna-properti-dan-atribut-t51.htm
[4] http://androidzzz.blogspot.com/2008_10_01_archive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar